
Berikut ini adalah versi HTML dari berkas http://images.sudarjanto.multiply.com/attachment/0/Rwy5YgoKCq0AAC8pIgg1/AHS_-_Cintaku_di_Kampus_Biru.pdf?nmid=61372555.
Cintaku di Kampus Biru karya Ashadi Siregar ini merupakan kisah pembuka
dari “tri-logi”Cintaku di Kampus Biru, Kugapai Cintamu dan Terminal Cinta Terakhir . Cintaku
di Kampus Biru merupakan kisah kehidupan anak muda khas mahasiswa yang segar dan penuh warna.
Setting tempat bergulirnya cerita ini adalah kampus.
dari “tri-logi”Cintaku di Kampus Biru, Kugapai Cintamu dan Terminal Cinta Terakhir . Cintaku
di Kampus Biru merupakan kisah kehidupan anak muda khas mahasiswa yang segar dan penuh warna.
Setting tempat bergulirnya cerita ini adalah kampus.
Cintaku Di Kampus Biru
GERUMBULAN semak itu bergerak-gerak. Bunga-bunga putih dan merah di ujung ranting ikut
bergoyang. Diterpa angin. Dua pasang kaki menjulur dari balik semak itu. Sepasang berbetis putih,
jenjang, dan mungil. Sandalnya berwarna kuning. Sepasang yang lain dibalut celana jean biru. Bersandal
jepit.
Aroma segar dedaunan ditambah lagi harum bunga, menandakan betapa nyamannya tempat itu. Angin
membuat pucuk-pucuk cemara meliuk pelahan. Pohon-pohon flamboyan berbunga. Gedung Induk
Kampus Gadjah Mada tertegak sepi. Jalan menuju gedung bertingkat tiga itu dipanggang matahari.
Tetapi, di pinggir jalan, sejuk. Matahari tak bisa menembus dedaunan yang melindungi tanah. Dari balik
semak terdengar suara lelaki, "Aku mau pulang.”
Kaki lelaki itu ancang-ancang akan berdiri, tetapi kaki jenjang bersandal kuning menekan kaki lelaki itu.
“Nanti.”
Lelaki itu berusaha melepaskan kakinya dari tindihan. Semak-semak bergoyang. Di balik semak ituterjadi pergumulan.
GERUMBULAN semak itu bergerak-gerak. Bunga-bunga putih dan merah di ujung ranting ikut
bergoyang. Diterpa angin. Dua pasang kaki menjulur dari balik semak itu. Sepasang berbetis putih,
jenjang, dan mungil. Sandalnya berwarna kuning. Sepasang yang lain dibalut celana jean biru. Bersandal
jepit.
Aroma segar dedaunan ditambah lagi harum bunga, menandakan betapa nyamannya tempat itu. Angin
membuat pucuk-pucuk cemara meliuk pelahan. Pohon-pohon flamboyan berbunga. Gedung Induk
Kampus Gadjah Mada tertegak sepi. Jalan menuju gedung bertingkat tiga itu dipanggang matahari.
Tetapi, di pinggir jalan, sejuk. Matahari tak bisa menembus dedaunan yang melindungi tanah. Dari balik
semak terdengar suara lelaki, "Aku mau pulang.”
Kaki lelaki itu ancang-ancang akan berdiri, tetapi kaki jenjang bersandal kuning menekan kaki lelaki itu.
“Nanti.”
Lelaki itu berusaha melepaskan kakinya dari tindihan. Semak-semak bergoyang. Di balik semak ituterjadi pergumulan.